CATATAN KAKI
Ilmu Komunikasi: Kemampuan Manusia
Berkomunikasi
Alfred Korzybski[1]
menyatakan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka “pengikat
waktu”. Pengikat waktu merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan
pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya. Manusia tidak
perlu memulai setiap generasi sebagai generasi yang baru. Mereka mampu
mengambil pengetahuan masa lalu, mengujinya berdasarkan fakta-fakta mutakhir
dan meramalkan masa depan. Menurut Korzybski[2],pengikatan-waktu
ini jelas merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan bentuk lain
kehidupan. Dengan kemampuan tersebut, manusia mampu mengendalikan dan mengubah
lingkungan mereka. George Herbert Mead[3]
mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan
orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi. Kita mengenali
diri kita lewat orang lain, yang menjadi cermin yang memantulkan bayangan kita.
Charles H. Cooley[4]
menyebutkan konsep-diri itu sebagai the
looking glass-self, yang secara signifikan ditentukan oleh apa yang
seseorang pikirkan mengenai pikiran orang lain terhadapnya, jadi menekankan
pentingnya respons orang lain yang diinterpretasikan secara subjektif sebagai
sumber primer data mengenai diri. Konsep diri berlaku pula bagi pembentukan
identitas etnik dalam arti bahwa konsep diri diletakkan dalam konteks
keetnikan, sehingga diri dipandang spesifik
secara budaya dan berlandaskan keetnikan[5].
[1] Gordon
Wiseman & Larry Barker,Speech-Interpersonal
Communication (San Fransisco: Chandler,1967),hlm.1.
[2] Ibid.
[3] George
Herbert Mead, Mind, Self and Society: From a Standpoint of a Social Behaviorist
(Chicago:University of Chicago
Press,1934),hlm.17.
[4]
Charles H. Cooley,Human Nature and Social
Order (New Brunswick:Transaction books,1983),hlm.28.
[5]
George Herbert Mead,loc.cit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar